Mendoakan Pemimpin Untuk Kebaikan Negeri


Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ 
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu." [An-Nisa: 59]

Rasulullah ﷺ bersabda:

عَلى المَرْءِ المُسْلِم السَّمْعُ والطَّاعَةُ فِيما أَحَبَّ وكَرِهَ، إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإذا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلا سَمْعَ وَلا طاعَةَ
"Wajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan taat (kepada penguasa) dalam perkara yang ia senangi dan ia benci kecuali apabila diperintah kemaksiatan. Apabila diperintah kemaksiatan maka tidak perlu mendengar dan taat." [HR. Bukhari & Muslim].

Selain perintah untuk taat kepada pemimpin, mendoakan pemimpin untuk kebaikan negeri juga merupakan salah satu bentuk ketataan yang paling utama.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah mengatakan:

الدعاء لولي الأمر من أعظم القربات، ومن أفضل الطاعات
"Mendoakan waliyyul amr termasuk qurbah yang paling agung dan termasuk ketaatan paling utama" [https://binbaz.org.sa/fatwas/2122/حكم-من-يمتنع-عن-الدعاء-لولي-الأمر]

Juga riwayat dari ‘Abdush Shomad bin Yazid Al-Baghdady yang dikutip di dalam Kitab حلية الأولياء karya  Abu Nu’aim al-Ashbahani, ia berkata bahwa ia pernah mendengar Fudhail bin 'Iyadh berkata:

لو أن لي دعوة مستجابة ما صيرتها إلا في الإمام
"Seandainya aku memiliki doa yang mustajab aku akan tujukan doa tersebut pada pemimpinku."

Kemudian ada yang bertanya pada Fudhail, "Kenapa bisa demikian?" 

 متى ما صيرتها في نفسي لم تجزني ومتى صيرتها في الإمام فصلاح الإمام صلاح العباد والبلاد
"Jika aku tujukan doa tersebut pada diriku saja, maka itu hanya bermanfaat untukku. Namun jika aku tujukan untuk pemimpinku, maka rakyat dan negari akan menjadi baik."

Silahkan copy-paste atau share

Seluruh poster di dalam website ini bebas untuk disebarluaskan tanpa melakukan editing misalnya cropping. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar